Kamis, 21 Januari 2016

ILMU KEPERAWATTAN DASAR I ( IBU SARI )




Stress dan Adaptasi
KONSEP STRESS DAN ADAPTASI
A. STRESS DAN STRESSOR
1. PENGERTIAN STRESS DAN STRESSOR
STRESS adalah segala situasi dimana tuntutan non specific mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye, 1976).
Lazarus dan Folkman (1994) mendefinsikan stress psikologis sebagai hubungan khusus antara seseorang dengan lingkungannya yang dihargai oleh orang lain tersebut sebagai pajak terhadap sumber dayanya dan membahayakan kemapanannya.
Stres dianggap sebagai faktor predisposisi atau pencetus yang meningkatkan kepekaaan individu terhadap penyakit (Rahe, 1975).
STRESSOR adalah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan , perkembangan dan kebutuhan cultural.

2. MACAM-MACAM STRESSOR
Stressor internal :
­ berasal dari dalam diri seseorang (mis : demam, kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah).
Stressor
­ eksternal : berasal dari luar diri seseorang (mis : perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial, tekanan dari pasangan).

B. HOMEOSTASIS
1. PENGERTIAN HOMEOSTASIS
Homeostasis adalah keadaan yang relatif konstan di dalam lingkungan internal tubuh, dipertahankan secara alami oleh mekanisme adaptasi fisiologis.
Adaptasi fisiologis terhadap stress adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan keadaan relatif seimbang. Kemampuan adaptif ini adalah bentuk dinamik dari ekuiliblrium lingkungan internal tubuh. Lingkungan internal secara konstan berubah, dan mekanisme adaptif tubuh secara kontinyu berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan ini dan untuk mempertahankan ekuilibrium atau homeostasis.
Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol fungsi tubuh dan memantau organ tubuh. Untuk sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf dan endokrin dan tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh membuat penyesuaian dalam frekwensi jantung, frekwensi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit, sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang semuanya ditujukan untuk mempertahankan adaptasi.
Dubos (1965) mengemukakan pandangan lebih lanjut ke sifat dinamis respons-respons tersebut. Dia mengatakan bahwa ada dua konsep yang saling mengisi : homestasis dan adaptasi. Homeostasis menekankan pada perlunya penyesuaian yang harus segera dilakukan tubuh untuk menjaga komposisi internal selalu dalam batas yang bisa diterima, sedangkan adaptasi lebih menekankan pada penyesuaian yang berkembang sesuai berjalannya waktu. Dubos juga menekankan bahwa ada batasan respon terhadap stimuli yang dapat diterima dan bahwa respon tersebut bisa berbeda pada setiap individu. Baik homestasis maupun adaptasi dangat diperlukan untuk dapat bertahan dalam dunia yang selalu berubah.

2. MEKANISME HOMEOSTASIS
Ketika seseorang menyadari tentang kebutuhan fisiologis tidak terpenuhi seperti makanan atau kehangatan, tindakan yang akan dilakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan tersebut . Untuk sebagian besar bagaimanapun juga , adaptasi mencakup penyesuaian yang dibuat tubuh secara otomatis untuk mempertahankan ekuilibrium. Mekanisme homeostasis ini adalah pengaturan – mandiri, dengan kata lain, mekanisme ini adalah otomatis. Namun demikian, pada individu yang sakit atau mengalami cedera, mekanisme ini mungkin tidak mampu untuk mempertahankan atau menopang homeostasis.
Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu duatu proses dimana mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan abnormal, seperti penurunan suhu tubuh, dan membuat suatu respon adaptif, seperti mulai menggigil untuk membangkitkan panas tubuh. Ketiga dari mekanisme utama yang digunakan dalam mengadaptasi stressor dikomtrol oleh medulla oblongata, formasi reticular dan kelenjar hipofisis.
Medula Oblongata
&
Medula oblongata mengontrol fungsi vital yang diperlukan untuk bertahan hidup. Fungsi ini termasuk frekwensi jantung, tekanan darah dan pernapasan. Impuls yang menjalar ke dan dari medulla oblongata dapat meningkatkan atau menurunkan fungsi vital ini. Misalnya pengaturan denyut jantung adalah sebagai hasil dari ilmpuls sistem saraf simpatis dan parasimpatis yang menjalar dari medulla oblongata ke jantung. Frekwensi jantung meningkat dalam berespon terhadap denyut dari serabut saraf simpatis dan menurun akibat impuls dari serabut parasimpatis.

Formasi
& reticular
Formasi reticular adalah kelompok kecil neuron dalam batang otak dan medulla spinalis. Kelompok ini juga mengontrol fungsi vital dan secara kontinu memantau status fisiologis tubuh melalui sambungan dengan traktus sensoris dan motoris. Misalnya , sel-sel tertentu dalam formasi reticular dapat menyebabkan orang yang sedang tidur terbangun atau meningkatkan tingkat kesadarannya ketika timbul kebutuhan.

Kelenjar hipofisis
&
Kelenjar hipofisis adalah kelenjar kecil yang melekat pada hypothalamus, menyuplai hormon yang mengontrol fungsi vital tubuh. Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon yang diperlukan untuk beradaptasi terhadap stress. Selain itu, kelenjar hipofisis mengatur sekresi dari hormon-hormon tiroid, gonad, dan paratiroid. Sekresi hormon, seperti mekanisme homeostasis lainnya, normalnya diatur oleh mekanisme umpan balik yang secara kontinu memantau kadar hormon dalam darah. Ketika kadar hormon menurun, kelenjar hipofisis menerima pesan untuk meningkatkan sekresi hormon. Ketika kadar hormon meningkat, kelenjar hipofisis menurunkan produksi hormon.

C. MODEL-MODEL STRESS
1. PSIKOSOMATIK STRESS
Dalam menghadapi waktu konflik, seringkali terjadi gangguan pada fungsi badaniah. Gejala-gejala yang sebagian besar mengganggu fungsi faal yang berlebihan sebagai akibat dari manifestasi, gangguan jika ini dinamakan gangguan psikosomatik. Psikosomatik umumnya dapat membantu banyak dalam usaha mengerti hubungan antara kepribadian seseorang dengan penyakit atau gangguannya.
Suatu konflik menimbulkan ketegangan pada manusia dan bila hal ini tidak terselesaikan dan disalurkan dengan baik maka timbullah reaksi-reaksi yang abnormal pada jiwa. Jika ketegangan tersebut mengganggu fungsi susunan saraf negatif, maka hal tersebut yang dinamakan gangguan psikosomatik.
Adapun sebab-sebab timbulnya psikomotorik :
Penyakit organic yang pernah diderita dapat menimbulkan
§ predisposisi untuk tuimbulnya gangguan psikomotorik pada bagian tubuh yang pernah sakit.
Merasakan penyakit orang lain yang secara tidak sadar
§ diidentifikasikan .
Tradisi dan adapt istiadat dalam keluarga atau
§ lingkungan dapat mengarahkan emosi kepada fungsi tertentu.
Suatu emosi yang
§ menjelma menjadi suatu gangguan badaniah tertentu.
Konflik dan gangguan jiwa yang menjelma menjadi suatu gangguan badaniah biasanya hanya pada suatu alat tumbuh saja. Untuk klasifikasi, maka jenis gangguan dibagi menurut organ yang paling terkena, sebagai berikut :
Kulit
­
Pada dasarnya gangguan stress atau emosi dapat menimbulkan gangguan pada kulit. Hal ini telah lama diketahui. Beberapa penyeliodikan juga telah dilakukan utnuk mengetahui sejauh mana reaksi kulit terhadap kesukaran penyesuaian diri terhadap stress.
Otot dan
­ tulang
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali ditemukan seseorang yang mengalami nyeri otot selain disebabkan faktor hawa dan pekerjaan juga disebabkan oleh faktor emosi. Karena tekanan psikologik maka tonus otot akan meninggi dan penderita mengeluh nyeri kepala dan nyeri punggung. Ketegangan otot ini dapat menyebabkan ketegangan sekitar sendi dan menimbulkan nyeri sendi.
Saluran
­ pernapasan
Gangguan psikosomatik yang timbul dari saluran pernapasan seperti asma bronkiale dengan bermacam-macam keluhannya, kecemasan dapat menimbulkan serangan asma.
Jantung dan pembuluh darah.
­
Pada saat mengalami stress biasanya seseorang merasakan bahwa jantungnya berdebat-debar . Stress yang menimbulkan kecemasan mempercepat denyut jantung, meninggikan daya pompa jantung dan tekanan darah. Gangguan yang mungkin saja timbul seperti hipertensiosensial, sakit kepala vaskuler dan migraine.
2. ADAPTASI MODEL
Setiap orang secara terus menerus akan menghadapi perubahan fisik, psikis, dan sosial baik dari dalam maupun dari lingkungan luar. Jika hal tersebut tidak dapat dihadapi dengan seimbang maka tingkat stress akan meningkat.
Model adaptasi menunjukkan bahwa empat faktor menentukan apakah suatu situasi adalah menegangkan (Mechanic, 1962). Empat faktor yang mempengaruhi Kemampuan untuk menghadapi stress itu adalah :
Biasanya tergantung pada pengalaman seseorang dengan stressor
& serupa, sistem dukungan, dan persepsi keseluruhan trehadap stressor.
& Berkenaan dengan prktik dan norma kelompok sebaya individu.
Dampak dari
& lingkungan sosial dalam membantu seorang individu untuk beradaptasi terhadap stressor.
Sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi stressor.
&

a. ADAPTASI FISIOLOGIS/BIOLOGIS
Pada dasarnya disetiap tubuh manusia telah terdapat mekanisme pertahanan yang bersifat alami dan bekerja secara teratur sehingga memungkinkan tubuh untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang berasal dari faktor internal. Mekanisme ini bekerja dengan sendirinya dan akan berubah menjadi suatu aksi tanpa didasari dan biasanya berfungsi dalam kondisi yang tidak normal.
b. ADAPTASI PSIKOLOGIS
Seseorang yang menghadapi stress akan mengalami kondisi-kondisi yang tidak mengenakkan secara psikis seperti timbulnya rasa cemas, frustasi, terancam, tak tentram yang semuanya itu berdampak pada munculnya suatu kontak konflik dalam jiwa mereka. dan konflik tersebut diekspresikan dalam bentuk kemarahan atau ekspresi-ekspresi lain yang dapat membuat orang tersebut merasa sedikit nyaman atau terlepas dari stress yang dihadapinya.
ADAPTASI SOSIAL BUDAYA
©
Setiap lingkungan sosial masyarakat mempunyai tatanan budaya masing-,masing. Antara lingkungan satu dan yang lainnya tentu memiliki budaya berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang akhirnya menuntut setiap orang beradaptasi jika hal itu dapat dilakukan dengan baik maka akan tercipta keseimbangan. Namun jika hal tersebut tidak dapat dilakukan bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika orang tersebut akan mengalami stress.
ADAPTASI SPIRITUAL
©
Setiap agama dan kepercayaan mengandung ajaran yang hendaknya harus dijalankan oleh penganutnya. Ajaran-ajaran ini tentunya juga harus turut andil dalammengatur perilaku manusia ini. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi ajaran-ajaran tersebut pasti terjadi perubahan dalam perilaku manusia.

3. LINGKUNGAN SOSIAL MODEL
Keadaan lingkungan dan masyarakat sangat mempengaruhi seseorang dalam beradaptasi. Keadaan lingkungan yang stabil dan seimbang akan memudahkan seseorang dalam beradaptasi. Sedangkan keadaan masyarakat dengan hubungan sosial yang baik juga akan memudahkan individu dalam melakukan adaptasi agar terhindar dari stress.

4. PROSES MODEL
Pada dasarnya proses model adalah berlangsungnya kejadian dan masalah yang terjadi pada seseorang sehingga mempengaruhi orang tersebut yang pada akhirnya mengalami stress dan proses menghadapi stress itu sendiri.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TERHADAP STRESSOR
1. INTENSITAS
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada dasarnya tubuh atau jiwa manusia mempunyai ketahanan atau kekuatan yang berasal dari dalam. Tingkat kekuatan ini dinilai sebagai kunci kepribadian dalam menghadapi stress. Kepribadian ini memungkinkan seseorang untuk menjadikan stressor sebagai suatu yang positif sehinggan memberikanm respon yang positif pula terhadap stressor tertentu. Suatu stressor yang bersifat negatif dan menjadikan stress bagi seseorang dapat merupakan sumber kekuatan bagi orang lain.
Selain itu stressor juga dapat memberikan mekanisme untuk memperingatkan seseorang agar dapat menmgumpulkan seluruh kekuatan yang dimilikinya dalam rangka melawean stress itu sendiri. Tak selamanya stress merupakan hal yang negatif. Pada tingkatan tertentu stress dapat menjadi motivator bagi seseorang. Hal ini berhubungan dengan keinginan untuk mencap[ai suatu tujuan dan stress disini berguna untuk mencegah timbulnya rasa bosan.
Stress juga berguna pada keadaan yang penting dimana seseorang memerlukan kekuatan emosional dan mobilisasi fisik sebagai kekuatan pertahanan individu.
2. SIFAT
Sifat dari stressor juga memperngaruhi respon. Ada beberapa stressor yang bersifat positif dan yang lainnya bersifat negatif. Stressor yang bersifat positif akan menimbulkan respon yang positif, sedangkan stressor yang bersifat negatif akan menyebabkan respon yang negatif pula baik secara fisikmaupun psikis. Secara negatif stress dapat menghasilkan perubahan yang pada akhirnya akan menimbulkan kesakitan.

3. DURASI
Lamanya atau jangka waktu berlangsungnya pemaparan stressor atau kejasian dari stressor sampai menjadikan seseorang mengalami stress. Frekwensi perubahan-perubahan dari suatu kejadian yang pada akhirnya mempengaruhi seseorang hingga merasakan stress.

4. JUMLAH
Mengandung pengertian stressor yang harus dihadapi dalam satu waktu. Banyaknya perubahan-perubahan dan kejadian yang dialami seseorang dalam suatu periode waktu tertentu lebih sering menyebabkan perkembangannya stress yang pada akhirnya dapat menyebabkan kesakitan.

5. PENGALAMAN
Bagaimana seseorang memberikan respon terhadap stressor juga dipengaruhi oleh pengalaman. Pengalaman ini bisa di dapat dari diri sendiri maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang ditemui dalam kehidupan akan memberikan pelajaran dan kekuatan untuk menghadapi stressor dan menghadapi stress.

6. TINGKAT PERKEMBANGAN
Di dalam setiap perkembangan akan terjadi perubahan-perubahan pada setiap individu. Tingkat perkembangan ini juga berpengaruh terhadap bagaimana seseorang maupun stressor. Karena perkembangan cukup menentukan kematangan seseorang dalam menghadapi kematangan.

E. KONSEP ADAPTASI
1. PENGERTIAN ADAPTASI
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress.
Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan Brookman, 1992). Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.

2. DIMENSI ADAPTASI
Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi klienterhadap stress, perawat harus mempertimbangkan individu secara menyeluruh.

a. ADAPTASI FISIOLOGIS
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua sistem.
Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa lampau,penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan angka kematian. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress

Kenaikan tekanan
Ä darah
Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
Ä
Peningkatan
Ä denyut nadi dan frekwensi pernapasan
Telapak tangan berkeringat
Ä
Tangan
Ä dan kaki dingin
Postur tubuh yang tidak tegap
Ä
Keletihan
Ä
Sakit
Ä kepala
Gangguan lambung
Ä
Suara yang bernada tinggi
Ä
Mual,muntah dan
Ä diare.
Perubahan nafsu makan
Ä
Perubahan berat badan
Ä
Perubahan
Ä frekwensi berkemih
Dilatasi pupil
Ä
Gelisah, kesulitan untuk tidur atau
Ä sering terbangun saat tidur
Temuan hasil laboratorium abnormal :
Ä Peningkatan kadar hormon adrenokortikotropik, kortisol dan katekolamin dan hiperglikemia.


b. ADAPTASI PSIKOLOGIS
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :

• Ansietas
• Depresi
• Kepenatan
• Peningkatan penggunaan bahan kimia
• Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
• Kelelahan mental
• Perasaan tidak adekuat
• Kehilangan harga diri
• Peningkatan kepekaan
• Kehilangan motivasi.
• Ledakan emosional dan menangis.
• Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.
• Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya penilaian).
• Mudah lupa dan pikiran buntu
• Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
• Preokupasi (mis. mimpi siang hari )
• Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.
• Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit
• Letargi
• Kehilangan minat

KONSEP DASAR GAWAT DARURAT TERPADU



BERPIKIR KRITIS
Pengertian berpikir kritis
Berpikir kritis merupakan upaya pendalaman kesadaran serta kecerdasan membandingkan dari beberapa masalah yang sedang dan akan terjadi sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dan gagasan yang dapat memecahkan masalah tersebut, setiap orang memiliki pola pikir yang berbeda.akan tatapi apabila setiap orang mampu berpikir secara kritis,masalah yang mereka hadapi tentu akan semakin sederhana dan mudah dicari solusinya.Oleh karena itu manusia diberikan akal dan pikiran untuk senantiasa berpikir bagaimana menjadikan hidupnya lebih baik dan mampu menjalani suatu masalah sepelik apapun yang di berikan kepadanya.
DEFINISI CRITICAL THINKING
Berfikir kritis adalah cara berfikir yang reflektif, beralasan yang difokuskan pada keputusan apa yang dilakukan atau diyakini (Jennicek,2006)
Berpikir kritis adalah proses untuk mengaplikasikan, menghubungkan, menciptakan, atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan secara aktif dan trampil (Abraham,2004)
Berpikir Kritis, Melibatkan Aktivitas Apa Saja ?
Interpretasi adalah kemampuan untuk memahami dan menjelaskan pengertian dari situasi, pengalaman, kejadian, data, keputusn, konvensi, kepercayaan, aturan, prosedur dan kriteria.
Analisis adalah mengidentifikasi hubungan dari beberapa pernyataan pertanyaan, konsep, deskripsi, dan berbagai model yang dipergunakan untuk merefleksikan pemikiran, pandangan, kepercayaan, keputusan, alasan, informasi dan opini. Mengevaluasi ide dan pendapat orang lain, mendeteksi argumen dan menganalisis argumen merupakan bagian dari analisis.
Evaluasi adalah kemampuan untuk menguji kebenaran pernyataan yang digunakan untuk menyampaikan pemikiran, persepsi, pandangan, keputusan, alasan, serta opini. Evaluasi juga merupakan kemampuan untuk menguji hubungan berbagai pernyataan, deskripsi, pertanyaan, dan bentuk lain yang dipakai dalam merefleksikan pemikiran
Syarat Bisa Berpikir Kritis
Berpikiran Terbuka
Percaya Diri
kreatif
Rendah Hati
Berpikiran Bebas
Memiliki motivasi yang tinggi
CRITICAL THINKING DIDASARKAN PADA NILAI INTELEKTUAL UNIVERSAL :
Kejelasan (Clarity)
Keakuratan (Accuracy)
Ketepatan (Precision)
Konsistensi (Consistency)
Relevansi (Relevance)
Bermakna (Significance)
Alasan yang logis (Logicalness)
Kedalaman (Depth)
Keluasan (Breadth)
Keadilan (Fairness)
Kesimpulan
Berpikir kritis adalah suatu cara berpikir dengan menggunakan proses intelektual yang melibatkan intreperatsi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan, dan selfe regulation untuk mengungkapkan malasah yang terjadi serta mendapatkan solusi atau pemecahan masalah tersebut scara cepat, tepat.


ILMU KEPERAWATAN DASAR I ( Dr. RINI)



 Dr. rini kadir, m.kes ,cwcca

SISTIM PENCERNAAN
Bagian dalam Sistem Pencernaan
  1. Saluran pencernaan– kavitas oris, faring, esofagus, gaster, intestinum tenue, kolon. Proses pencernaan terjadi di dalam kavitas oris, gaster, dan intestinum tenue.
  2. Organ tambahan– glandula salivaria, gigi, lidah, hepar, kandung empedu, dan pankreas. Semua berperan dalam pencernaan.     

DIG1ATL
Jenis Pencernaan Makanan
  1. Pencernaan mekanik—memecah makanan menjadi pecahan kecil, untuk menciptakan luas permukaan yang lebih besar bagi tempat kerja enzim pencernaan.
  2. Pencernaan kimia—enzim memecah molekul organik dan anorganik yang lebih sederhana; setiap enzim spesifik terhadap bahan makanan yang akan dicerna.
Produk Akhir Pencernaan Makanan
  1. Karbohidrat akan dicerna menjadi monosakarida.
  2. Lemak akan dicerna manjadi asam lemak dan gliserol.
  3. Protein akan dicerna manjadi asam amino.
  4. Produk akhir yang lain adalah vitamin, mineral, dan air.
Kavitas Oris—makanan masuk melalui mulut
  1. Gigi dan lidah memecah makanan dan mencampurnya dengan saliva.
  2. Lidah merupakan kumpulan otot rangka yang dipersarafi oleh nervus hipoglosus. Papila yang terdapat pada permukaan atasnya mengandung kuncup pengecap. Fungsinya:pengecap, menjaga makanan tetap berada diantara gigi – gigi ketika mengunyah, mendorong makanan ke belakang untuk ditelan.
Faring—jalur makanan dari rongga mulut menuju esofagus.
  1. Tidak ada proses pencernaan yang terjadi
  2. Kontraksi otot – otot faringeal merupakan bagian refleks menelan, yang diatur oleh medula.
Esofagus—jalur makan dari faring kedalam lambung.
  1. Tidak ada pencernaan yang terjadi.
  2. Sfingter osoffagus bawah (Lower Esophageal Sphincter,LES) pada persambungan dengan gaster mencegah isi lambung kembali ke esofagus.
Struktur Lapisan Saluran Cerna
  1. Mokusa—tersusun atas jaringan epitel yang memproduksi sekresi pencernaan; noduli limfoidei mengandung makrofag untuk mamfagosit zat patogen yang menembus mukosa.
  2. Submukosa—merupakan jaringan ikat longgar yang banyak mengandung pembuluh darah dan pembuluh limf; pleksus Meissener merupakan saraf otonom yang mempersarafi mukosa.
  3. Lapisan otot luar—secara khas bagian dalam tersusun atas otot polos sirkular dan bagian luar atas otot polos longitudinal; fungsinya adalah melakukan pencernaan mekanik dan gerakan peristaltik; dipersarafi oleh pleksus Auerbach; rangsang simpatik akan menurunkan motilitas, sedangkan rangsang parasimpatik akan meningkatkan motilitas.
  4. Serosa—lapisan paling luar; diatas diafragma merupakan jaringan ikat figrosa, sedangkan dibawah diafragma adalah mesenterium (serosa). Peritoneum melapisi dinding kavitas abdominis; cairan serosa mencegah gesekan antara lapisan – lapisan serosa tersebut.
Gaster—terletak dikuadran kiri atas abdomen;merupakan suatu kantung muskular yang menghubungkan esofagus dan usus halus.
  1. Sebagai reservoir makanan; tempat pencernaan protein dimulai.
  2. Getah lambung disekresi oleh foveola gastrikae.
  3. Sfingter pilorik pada persambungan dengan duodenum mencegah isi intestinum tenue berbalik. 
Intestinum Tenue—menggabung didalam pusat kavitas abdominis, menghubungkan lambung dan kolon.
  1. Duodenum—25 cm pertama; duktus koledokus komunis menyalurkan empedu dan cairan pankreas kedalamnya. Jejunum 2,4 meter, ileum 3,3 meter.
  2. Enzim yang disekresi oleh glandula intestinales akan menyelesaikan pencernaan makanan.
  3. Luas permukaan untuk absorpsi diperluas oleh pika sirkularis, vili dan mikrovili.
  4. Vili mengandung jaringan pembuluh
    darah kapiler untuk menyerap nutrien 
    larut air seperti : monosakarida, asam
    amino, vitamin B dan C, mineral dan air.
    Darah dari usus halus akan memasuki
    hapar melalui sirkulasi portal.
  5. Vili mengandung lakteal (kapilerlimf), yang berperan pada penyerapan nutrien larut lemak: vitamin A,D,E, dan K, asam lemak dan gliserol, yang dikombinasi untuk membentuk kilomikron. Cairan limf dari intestinum tenue akan memasuki aliran darah vena suklavia kiri.
Usus besar (kolon)—menghubungkan intestinum tenue dan anus.
  1. Kolon—bagian bagiannya: sekum, kolon asenden, kolon transversa, kolon desenden, kolon sigmoid, rektum dan kanalis analis.
  2. Valva ileosekalis—terletak pada percabangan sekum dan ileum, mencegah materi feses masuk kembali kedalam intestinum tenue.
  3. Kolon—fungsinya: menyerap air, mineral, vitamin dan eliminasi bahan yang tidak dapat dicerna.
  4. Flora normal—bakteri yang hidup di kolon; memproduksi vitamin, terutama vitamin K, dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen.
  5. Reflek defekasi—rangsangan datang dari: regangan rektum ketika gerakan peristaltik mendorong makanan ke dalamnya. Impuls sensorik akan menuju ke medula spinalis, dan impuls motorik akan kembali ke otot polos rektum, yang kemudian berkontraksi. Sfingter interna akan berelaksasi untuk memungkinkan proses defekasi. Kontrol sesui kehendak di lakukan oleh sfingter ani eksternum, yang tersusun atas otot skelet.

ILMU ALAM DASAR ( KIMIA )



DR. Hi. ABDUL RAHIM ,M.PD

PERAN KIMIA DALAM KEPERAWATAN
                                                komponen-komponen sub atom yang membentuk atom : proton, elektron, dan neutron. Atom dapat dikombinasikan untuk menghasilkan bentuk materi yang lebih kompleks seperti ion, molekul, atau kristal.  Contoh nya Baja lebih keras dari besi karena atom-atomnya terikat dalam struktur kristal yang lebih kaku. Kayu terbakar atau mengalami oksidasi cepat karena ia dapat bereaksi secara spontan dengan oksigen pada suatu reaksi kimia jika berada di atas suhu tertentu.
Perawat terampil & tepat saat memberikan obat
Ø  Pengobatan medikasi adalah obat yang diberikan untuk tujuan terapeutik   menyembuhkan. Obat dapat diklasifikasikan melalui beberapa cara, antara lain berdasarkan : bahan kimia penyusunnya, efek yang ditimbulkan baik didalam laboratorium maupun tubuh manusia.
Ø  Pemberian Obat. Perawat harus memperhatikan hal berikut :

Ø  Interpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan
Ø  Hitung dengan tepat dosis obat yang akan diberikan sesuai dengan resep
Ø  Gunakan prosedur yang sesuai dan aman, ingat prinsip 5 benar dalam pengobatan
Ø  Setelah memvalidasi dan menghitung dosis obat dengan benar,
Ø  pemberian obat dengan akurat dapat dilakukan berdasarkan prinsip 5 benar.
PRINSIP 5 BEANAR PENGOBATAN
1. BENAR KLIEN
                                Dipastikan dengan memeriksa  identitas klien, dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri  hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat, hak klien untuk menolak penggunaan sebuah obat
2. Benar Obat
  Berarti klien menerima obat yang telah diresepkan
   tanggung jawab perawat untuk mengikuti perintah yang tepat
   menghindari kesalahan, label obat harus dibaca tiga kali
  1.    pada saat melihat botol atau kemasan obat,
  2.    sebelum menuang / mengisap obat dan
  3.    setelah menuang / mengisap obat
3. Benar Dosis Obat
                  Dosis yang diberikan untuk klien tertentu.
   Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
   Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat, dengan mempertimbangkan variable berikut :
   tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan (diminta),
   dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus dipertimbangkan, misalnya 3 mg/KgBB/hari
4. Benar Waktu Pemberian
  Saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam  sehari, seperti b.i.d ( dua kali sehari ) , t.i.d ( tiga kali sehari ), q.i.d ( empat kali sehari ), atau q6h ( setiap 6 jam ), sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan.
   Jika obat mempunyai waktu paruh (t ½ ) yang panjang, maka obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang tertentu .
   beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan Benar Cara Pemberian
5. BENAR CARA PEMBERIAN
  Perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai
  rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :
  1.    oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul . ;
  2.    sublingual ( di bawah lidah  untuk absorpsi vena ) ;
  3.    topikal ( dipakai pada kulit ) ;
  4.    inShalasi ( semprot aerosol ) ;
  5.    instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina ) ;
  6.    empat rute parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.